Sabtu, 19 November 2011

MENGAMPUNI.

Seorang sahabat panjang lebar bercerita soal orang yang menyakitinya sampai dia begitu sangat tergores hatinya. Bukan sekali dua kali, tetapi jika ada kesempatan orang tersebut menyakiti sahabatku seperti tidak pernah puas, bahkan berusaha untuk mengacaukan hidup sahabatku.
Sahabatku ini sangat-sangat mengerti apa yang TUHAN mau dia lakukan..yaitu: MENGAMPUNI orang tersebut.

Tetapi sahabatku mengatakan bahwa dia tidak sanggup mengampuni, dia terlalu sakit hati, bertahun-tahun orang tersebut mengacaukan hidupnya. Dia tidak bisa menghindar dari orang tersebut, karena masih ada hubungan keluarga. Tetapi dia secara jujur juga mengatakan, bahwa dia sangat membenci orang itu.

Siapa yang sanggup membuka hati untuk cepat mengampuni bila terlalu sering disakiti ?? Saya juga mengalami hal seperti itu. Seringkali dihina, bahkan menghina suami saya lewat saya. Orang tersebut mencoba juga untuk mengatur hidup saya. Penghinaan yang sering dia lakukan itu melukai hati saya. Suatu kali sebut saja orang tersebut si A. Dia berkunjung keflat kami yang kecil namun nyaman untuk kami. Waktu itu ada beberapa orang juga yang datang. Tiba-tiba si A nyeletuk, " dapurnya diisi 4 orang saja dah penuh sesak". Lalu ketika saya berkunjung kerumahnya, tanpa suami saya...kami keluar, bersepeda, bertiga..dengan si A dan anaknya. Kami melewati rumah-rumah besar dan mewah. Si A berhenti persis didepan sebuah rumah putih, besar dan halaman yang tertata rapi, lalu dia berkata. "suruh dong laki loe beli rumah", sambil berkata begitu, dia menujuk salah satu rumah disana. (Ini satu contoh dia menghina suami saya lewat saya). si A dan anaknya tertawa ngakak, dia kira suami saya tidak akan pernah bahkan tidak sanggup membeli rumah untuk kami tinggal. Padahal selama berpuluh tahun dia tinggal disini, dia juga pernah tinggal diflat sewaan..lalu pindah kerumah biasa, tetapi sampai saat inipun dia tidak pernah sanggup membeli sebuah rumah, tetap tinggal dirumah sewaan.
Baru juga kami menikah 2 hari, si A telfon, langsung bertanya, "kapan kalian pindah rumah ?". Padahal dia tau untuk mencari rumah sewa disini butuh waktu bertahun-tahun, karena harus masuk daftar tunggu. Saat itu memang kami belum berencana pindah/mencari rumah sewaan yang lain.

Apa maksud semua itu ? Sayabertanya tentang tarif memotong rambut disalon (saat itu saya baru-baru saja tinggal disini, jadi saya memang tidak tau bagaimana situasi salon disini), dia jawab dengan sewotnya, "memangnya loe sanggup bayar salon". Hati saya geram mendengar penghinaan-penghinaan itu, tidak terima bahkan menjerit. Lalu ketika kami pindah dari flat kerumah biasa (puji TUHAN, kami disanggupkan untuk membeli rumah), dengan entengnya lewat telfon si A bertanya, "loe kangen ngga sama flat ?"
Benar-benar keterlaluan. Saat kami tinggal di flat selalu diungkit-ungkit kapan pindah rumah, setelah kami pindah rumah, masih juga ditanya pertanyaan aneh. Padahal hidup dia sehari-hari tidak lebih baik dari kami. Banyak hal yang dia tutup-tutupi. Dan yang bikin saya makin sebal..dia suka mengatur, apa yang harus kami lalukan, apa yang boleh dan tidak, bagaimana kultur orang Belanda. Dia benar-benar lupa kalau suami saya asli orang Belanda, lahir dan besar di Belanda, tentu faham dong kultur, perilaku dan tata krama khas orang Belanda. Lah dia siapa ? Sama-sama pendatang di negri ini koq. Dia sering bertanya tentang pekerjaan, beberapa kali dia ungkit tentang bekerja, dia mau saya bekerja juga seperti dia, padahal suami dan saya sepakat bahwa urusan cari uang adalah tanggung jawab suami, saya bertanggung jawab dalam rumah dan mengurus anak kami. Kami tidak mau anak kami harus dititip ditempat penitipan anak yang biayanya lumayan besar, lebih baik uangnya kami pakai untuk hal yang lain, toh hidup kami hari lepas hari cukup, walau tidak mewah. Suami sampai beberapa kali mejelaskan prioritas kami, dan masih tidak mengerti juga. Memangnya sapa yang mau jaga anak kami kalau saya bekerja ? Si A mau menjaga anak kami ? Koq mau ikut campur dalam urusan rumah tangga kami, toh tanpa saya bekerja diluar rumah, kami masih bisa hidup layak. Kami tidak mengejar kemewahan, kami hanya ingin menjalani hidup tanpa banyak pikiran macam-macam. Masih banyak lagi hinaan dan so' ikut campurnya dalam keluarga kecil saya. Tentu saja si A harus bekerja keras, dia tidak lagi memiliki pasangan hidup dan dia memiliki seorang anak yang masih dibawah umur, siapa yang akan membiayai hidup mereka jika si A tidak bekerja ? Tetapi dia sangat tidak suka melihat saya tidak bekerja, dia selalu cari celah bila menelpon untuk bicara mengenai pekerjaan. Dia pernah membicarakan tentang diploma bahasa belanda yang bisa dipakai untuk mencari pekerjaan disini. Repot amat memikirkan saya yang menjalani hidup berumah tangga dengan status sebagai ibu rumah tangga..pyur..

Sampai saat ini saya belum bisa mengampuni, bahkan saat ini ada masalah besar yang dia hadapi. Dia butuh tempat berkeluh kesah..tetapi saya tidak membuka hati bahkan tidak perduli dengan apa yang akan terjadi dengan mereka. Beberapa kali dia bercerita, tetapi ujung-ujungnya dia mencoba so' mengatur saya kembali..bagaimana dia mau mengatur saya yang sudah bersuami, lebih baik dia mengatur hidup dia yang porak poranda. Hati saya sama dengan hati sahabat saya..DINGIN.

Sekarang dia sedikit-sedikit bicara, "TUHAN punya rencana". Dulu saat disarankan berdoa, dia berkata, "wah alkitab aja gw lupa simpennya dimana. Doa..doa...kerja dong". Kerja keras itu memang penting, tetapi siapa yang memberi kesehatan setiap waktu, siapa yang bisa memberi nafas setiap detik ? Lupa..kalau sekuat apapun manusia, ada TUHAN yang lebih kuat.
Rasanya eneq kalau dengar dia bicara tentang TUHAN. Mengapa saat ada masalah besar baru ingat TUHAN, waktu memilih jalan yang salah, keluar jalurnya TUHAN...sempat nengok ke TUHAN, bicara sama TUHAN ??

Saya tidak memiliki hatinya TUHAN, saya punya sabar yang juga ada batasnya. Berkali-kali dihina, saya jengah juga. Saya saat ini benar-benar tidak perduli apa yang akan dia alami. Saya lelah menerima hinaan terus menerus, apalagi hinaan untuk suami saya, yang dia kenal lewat saya...suami saya tidak pernah minta satu senpun dari dia untuk membiayai hidup saya disini. Suami saya tidak pernah menghina dia, bahkan iba dengan hidup dia. Tetapi dia menganggap suami saya seperti laki-laki yang tidak sanggup menghidupi keluarganya sendiri, laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Dia menghina saya..tetapi jangan hina suami saya...karena suami saya tidak pernah menyusahkan dia.

"TUHAN, hati saya tergores cukup dalam, sakiiit sekali, dan saya belum mampu mengampuni".

5 komentar:

  1. Dag Rachel,.
    Memang,.mengampuni op memaafkan sangat susah, apalagi kalo yg menyakiti orang yg deket ama kita/sangat dekat sama kita, terkadang ingin jadi orang bijaksana..tapi nggak gampang..rasa sakit susah terlupakan.
    knuffel feb

    BalasHapus
  2. Hoi Neng Rachel;
    Tuhan mengasihi kalian sekeluarga, GOD BLESS!!

    BalasHapus
  3. Makasih yah dah sempetin baca...TUHAN BERKATI kita smua.

    BalasHapus
  4. Rachel saya bacannya mengharu biru neng...banyak sekali persamaan kita.tapi jangan Takut kita punya Tuhan Yesus.yg memberi kekuatan.kesabaran..GBU.Nuhun telah Berbagi say.

    BalasHapus
  5. Anonim siapa yah ??? tapi bener2 makasih yah dah sempetin baca curhatan tak bermutu...

    BalasHapus